Penggunaan aplikasi belajar seperti Brainly, Qanda, dan lain lain, memang sangat dibutuhkan bagi para pelajar untuk mendapatkan jawaban, sekaligus juga untuk belajar. Pada masa pandemi covid-19, kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah dengan skema pembelajaran jarak jauh (PJJ) sehingga interaksi guru berjalan secara tidak langsung. Keberadaan aplikasi tersebut dirasa dapat mengatasi kekosongan tersebut.
Pengguna Brainly pun mengalami peningkatan jumlah pengguna dari tahun sebelumnya. Di tahun 2019 pengguna Brainly sekitar 150 juta. Namun, pada tahun 2020 penggunanya mengalami peningkatan hingga 2 kali lipat lebih, yaitu sekitar 350 juta pengguna.
Kurangnya waktu untuk guru menerangkan materi juga menjadi alasan yang membuat pelajar memanfaatkan aplikasi atau platform ini untuk mencari dan memahami materi yang disampaikan bahkan yang belum sempat disampaikan oleh guru. Para pelajar menggunakan aplikasi ini untuk mengerjakan tugas, mencari materi, dan sebagai bahan belajar.
Penggunaan platform pendidikan daring seperti Brainly ini memang sangat membantu pelajar untuk menjawab pertanyaan yang mereka belum mengerti atau yang sulit. Namun, banyak juga pelajar yang menggunakannya pada saat ujian. Hal itu adalah hal yang salah karena merupakan bentuk sikap ketidakjujuran. Selain itu, keberadaan platform ini membuat pelajar menjadi malas untuk membuka buku dan menghafal. Mereka menganggap semua jawaban ada di Brainly atau aplikasi semacamnya.
Dengan demikian bisa disimpulkan platform Brainly atau aplikasi belajar lain seperti mata pisau yang bisa memberi dampak yang baik bagi pelajar, namun juga dapat merugikan karena membuat pelajar malas belajar. Peran guru, orang tua, dan kesadaran dari diri siswa dibutuhkan ketika menggunakan berbagai aplikasi tersebut.
Rima Sri Rahayu (XII IPA 3)
Tahun Pelajaran 2021-2022