Sunday, May 4, 2014

on

Prihatin Jika Anda melihat Potret Pendidikan Daerah Terpencil

Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan generasi muda. Para generasi muda inilah yang diharapkan menjadi tulang punggung bangsa guna melanjutkan dan meneruskan perjuangan Indonesia di waktu yang akan datang.


Namun jika kita melihat penyelenggaraan di daerah terpencil, tentunya kita akan merasa sangat prihatin. Liputan 6 Pagi memberikan rilis berita mengenai kondisi memprihatinkan di Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) Darul Ulum di wilayah pesisir pantai Desa Mawu, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima.

Sekolah ini hanya memiliki bangunan fisik semi permanen dengan dinding anyaman bambu berlantai tanah. Tanpa bantuan pemerintah, pendiri sekolah dan para guru tetap tegar menjalankan laju sekolah yang telah berdiri sejak tahun 2007 silam.

Kondisi memprihatinkan juga terjadi pada anak-anak usia sekolah di Desa Patambanua, Kecamatan Matangnga, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Setiap anak yang ingin mengenyam pendidikan dasar harus berjalan kaki lewati bukit dan hutan agar bisa sampai ke sekolah karena wilayah mereka tergolong sangat terpencil. Akibatnya, banyak anak usia sekolah dasar yang putus sekolah atau malah tidak bersekolah sama sekali.

Lantas bagaimana dengan situasi para siswa dan guru di kota-kota besar dengan segala kemudahan yang telah dimiliki? Bagaimana proses kegiatan belajar-mengajar di SMA Negeri 110? Belum lagi tunjangan pemerintah kepada guru serta bantuan materi kepada sekolah yang terbilang cukup besar di kota-kota besar.

Bapak Andi Irawan, Guru Mapel Fisika SMAN 110, pernah mengatakan dalam presentasinya di sekolah, sudahkah kita semua mencoba mewujudkan visi sekolah, di antaranya untuk unggul dalam mutu, prestasi dalam kreasi, teguh dalam imtaq, dan berbudaya ramah lingkungan? Apakah kita sudah benar-benar maksimal untuk mewujudkannya?

Semoga ini dapat menjadi bahan renungan kita bersama.